Kamis, 01 Desember 2011

SKRIPSI PENYULUHAN KESEHATAN

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah, SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Kemapuan Ibu Menstimulasi Perkembangan Anak Usia 0 – 12 Bulan Di Kel. Soreang Kec. Lau“
            Dalam penyusunan      skripsi ini banyak dijumpai kendala – kendala, namun berkat bimbingan serta arahan dari pembimbing, maka akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan dan terima kasih penulis haturkan kepada :
1.            Bapak Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, SpBO, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
2.            Bapak Dr. dr. H. Ilhamjaya Patellongi, MS,  selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
3.             Ibu Kusrini Kadar, SKp, MN, , selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4.            Ida Samidah, S.Kp, M.Kes selaku tim penguji yang telah memberikan masukan – masukan dan arahan demi perbaikan skripsi ini
5.            Ibu Fatmawati, S.Kp,M.Kes selaku tim penguji yang telah memberikan masukan – masukan dan arahan demi perbaikan skripsi ini
6.            Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
7.            Kedua orang tuaku Yang tercinta atas segala bantuan bimbingan dan kasih sayang serta doa restu yang diberikan kepada penulis.
8.            Rekan – rekan mahasiswa Ners B tahun 2002 dan Ners A tahun 2000 yang telah banyak memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu
            Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis semoga skripsi penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi amal perbuatan kita semua. Amin.






        Makassar, Mei 2005


      Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..          i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................         ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................         iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................          iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................          v
DAFTAR TABEL ...........................................................................................          vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………....         vii
ABSTRAK .......................................................................................................         viii
BAB    I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang            ………………………………………………..          1
B.     Rumusan Masalah       ………………………………………………..          4
C.     Tujuan             ………………………………………………………..          4
D.    Manfaat Penelitian      ………………………………………………..          4
BAB  II  TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan Kesehatan       …….…………..        6
B.     Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Dalam Memberikan Stimulasi Perkembangan Anak            ………………………………………………..          12
C.     Tinjaun Tentang Perkembangan Dan Stimulasi Perkembangan    …………  !6
BAB  III  KERANGKA KERJA PENELITIAN
A.    Kerangka Konsep       ………………………………………………..          30
B.     Hipotesa          ………………………………………………………..          30
C.     Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif   ………………………..          31
BAB  IV  METODOLOGI PENELITIAN
A.    Desain Penelitian        ………………………………………………..          33
B.     Populasi dan Sampel   ………………………………………………..          34
C.     Waktu dan Tempat Penelitian ………………………………………..          34
D.    Instrumen Pengumpulan Data            ………………………………………..          35
E.     Pengolahan Data         ………………………………………………..          36
F.      Etika Penelitian      …………………………………………………..           47
G.    Keterbatasan Penelitian     ....................................................................          48
BAB  V  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian           ………………………………………………..          48
B.     Pembahasan       ....................................................................................          49
BAB  V I  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan  ..........................................................................................          50
B.  Saran       ................................................................................................          51
.DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I 
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG

Anak merupakan anugrah dan amanah dari Allah Subhana Wata’ala. Anak mempunyai potensi dan kemampuan yang dahsyat  yang harus dikembangkan  agar dapat menjadi sumber daya manusia  yang handal kelak dikemudian hari.
Dalam artian umum anak adalah pewaris, dan calon pengemban bangsa. Secara lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan modal sosio-ekonomi suatu bangsa. Menurut Sunarwati,(1996) Dalam artian individual, anak  bagi orang tuanya mempunyai suatu nilai khusus yang penting pula. Dalam kedua aspek tersebut, yang diharapkan adalah agar anak dapat tumbuh dan berkembang sebaik – baiknya sehingga kelak menjadi orang dewasa  yang sehat, baik secara fisik, mental dan psikososial sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Soerdojojo. (2000) Anak mempunyai hak – hak yang salah satunya adalah hak untuk berkembang  (Developmental  Rights). Ketika anak sudah tumbuh  maka anak harus mendapatkan stimulasi – stimulasi agar bisa berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya.
Upaya pembinaan kesejahteraan anak pada Dasawarsa Anak Indonesia kedua Tahun 1996 – 2006 diarahkan pada pembinaan  kelangsungan hidup, perkembangan  dan perlindungan dan partispasi anak dengan penekanan pada pembinaan perkembangan anak. (Depkes, 1998)
Tahun – tahun pertama kehidupan merupakan kurun waktu yang sangat penting dan kritis yang jika tidak di perhatikan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanagn selanjutnya, hal ini sesuai dengan prinsip epigenetik  bahwa : kegagalan pada fase sebelumnya akan mempengaruhi fase perkembangan selanjutnya. Dikatakan juga  masa / tahun – tahun keemasan (Golden Priod) karena fase ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan dan memaksimalkan   potensi anak,  dengan demikian sudah selayaknya dimanfaatkan secara maksimal.
Dalam ekologi anak  sistem mikro dan sistem mini (keluarga) adalah yang dekat dan penting serta mempunyai peranan  utama dalam proses perkembangan anak ( Sunarwati, 1996). Tahun-tahun  pertama  kebutuhan dasarnya (Asuh, asah, asih)  secara totalitas  bergantung dengan lingkungan keluarga  terutama ibu yang sering berinteraksi dengan anak Menurut Harlock ( 2000) Hubungan akrab penuh kasih sayang antara orang tua terutama ibu merupakan faktor penting dalam perkembangan individu selama 12 bulan pertama, bayi membutuhkan perawatan dan pola asuh yang menyenagkan terus menerus.( http//www.pd persi.co.id)
Setiap peralakuan pada anak akan memberikan warna dan karakteristik dasar pada perkembangan  anak tersebut, oleh karena itu setiap perlakuan yang juga merupakan stimulasi bagi anak harus diberikan sesuai prinsip-prinsip perkembangan dan stimulasi, agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi anak  
Semakin dini orang tua melakukan stimulasi akan semakin baik. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting, anak yang sering mendapat stimulasi akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi  Perkembangan anak dapat dicapai secara optimal apabila orang tua terutama ibu melakukan berbagai upaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar anak ( asuh, asah, asih) yang salah satunya adalah menstimulasi perkembangan anak. Namun  dalam realitanya masih banyak orang tua  yang tidak memahami  bagaimana mengasuh anak secara  efektif yang disebabkan karena kurangya informasi di masyarakat (Depkes RI, 1996).
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan Depkes RI. di empat propinsi pada tahun 1988 (Jawa Barat, Jawa Tengah,, DI Yogyakarta, Jawa Timur), Diperkirakan 4 juta Balita di Indonesia berpotensi mempunyai masalah perkembangan.
Hasil penelitian Surana (2001) menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan stimulsi dini perkembangan potensi otaknya mencapai 80% pada 3 tahun pertama.
Hasil penelitan Wibowo dengan hasil : Ada  hubungan bermakna  tingkat pengetahuan dan  Sikap dengan kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak
Dari penjelasan tersebut diatas menunjukkan bahwa  kebutuhan anak akan stimulasi perkembangan sangatlah penting untuk mencapai perkembangan yang optimal. Penyuluhan kesehatan  merupakan strategi yang tepat karena sasaran hasil dari penyuluhan terjadinya terjadinya perubahan dan peningatan pengetahuan, sikap dan prilaku yang menunjang kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, yang dalam hal ini untuk menyiapkan dan meningkatkan  kemampuan orang tua  (terutama ibu)  dalam berperan secara aktif  dalam menstimulasi perkembangan anaknya.
Hasil wawancara  terhadap perawat bidan selama praktek keperawatan komunitas (Tanggal  23 November 2004 – 15 Januari 2005) di Kelurahan Soreang didapatkan bahwa penyuluhan mengenai perkembangan  anak belum optimal.
Berdasarkan uraian diatas mengenai keterkaitan erat antara pnyuluhan kesehatan dengan peningkatan kemampuan ibu menstimulasi perkembangan anak, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Kemampuan Keluarga Menstimulasi Anak Usia 0 – 12 Bulan”.

B.       RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas mengenai pentingnya  peran serta aktif orang tua terutama ibu  dalam hal pemberian stimulasi terhadap  optimalisasi perkembangan anak maka permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan  dalam bentuk pertanyaan penelitian  sebagai berikut : “Apakah ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Kemampuan Ibu Menstimulasi perkembangan anak Usia 0 – 12 Bulan ?”.

C.      TUJUAN PENELITIAN

1.         Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan  terhadap Kemampuan Ibu Menstimulasi Perkembangan Anak Usia 0 – 12 Bulan.
2.         Tujuan Khusus
a.        Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu mengenai Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak
b.        Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Sikap Ibu mengenai Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak
c.         Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Perilaku Ibu mengenai Pemberian Stimulasi Perkembangan Anak

D.      MANFAAT PENELITIAN

1.         Bagi ilmu pengetahuan  penelitian  diharapkan  dapat  menjadi khazana ilmu pengetahuan dan menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya dan siapa saja yang memiliki minat yang tinggi  pada ilmu  pengetahuan  terutama mengenai perkembangan anak.
2.         Bagi tempat penelitian diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan perhatian masyarakat terutama keluarga untuk menstimulasi perkembangan anaknya.
3.         Bagi Profesi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan  pelayanan kepada masyarakat  dalam upaya preventif dan promotif
4.         Bagi penulis penelitian ini merupakan wadah untuk menuangkan ide dan buah pikiran ilmiah, merupakan pengalaman berharga untuk menambah wawasan ilmuah khususnya  dalam  metodeologi penelitian  dan perkembangan anak.         







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan Kesehatan

1.         Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan  kesehatan identik dengan pendidikan kesehatan karena keduanya beriorentasi kepada perilaku yang diharapkan yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya.
Berikut akan dikemukakan definisi tentang pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan, sebagai berikut :
Menurut Azrul Azwar (1998) penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.                                                                                                Menurut Depkes (1997), penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu. Penyuluhan kesehatan adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi individu, kelompok dan masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup sehat. Menurut Notoatmojo (2003), atau penyuluhan kesehatan adalah upaya agar masyarakat berprilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya. Lebih jauh dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 disebutkan bahwa penyuluhan kesehatan masyarakat di selenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan.
2.         Tujuan Penyuluhan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3.         Sasaran Penyuluhan
Menurut Depkes RI (1996), Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, dikenal 2 jenis sasaran yakni :
a.        Sasaran jangkauan penyuluhan
1)        Kelompok umum : masyarakat umum, baik di pedesaan maupun di perkotaan
2)        Kelompok khusus : masyarakat yang rentang terhadap masalah kesehatan tertentu, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, golongan renga, manula, masyarakat yang berada diberbagai institusi atau forum, baik pemerintah maupun swasta, misalnya Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Posyandu dan sebagainya.
b.        Sasaran Hasil Penyuluhan
Terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
4.        Tempat Penyelenggaraan Penyuluhan
Menurut Depkes RI (1996), Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di berbagai tempat, diantaranya adalah :
a.        Di Dalam subtitusi pelayanan
Dapat dilakukan di Rumah Sakit, Puskesmas, Rumah Bersalin Klinik dan sebagainya yang dapat di berikan secara langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya.
Tetapi dapat juga diberikan secara tidak langsung misalnya melalui poster, gambar-gambar, leaflet dan sebagainya.


b.        Di masyaratakat
Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan secara menyeluruh dan terorganisasi dengan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi masyarakat.
5.         Metode dan Teknik Penyuluhan
a.        Metode
Yang disebut metode dalam penyuluhan kesehatan adalah cara untuk melaksanakan penyuluhan tersebut kepada masyarakat sedangkan pengertian tehnik ialah segala upaya tertentu agar cara-cara yang dilaksanakan dapat terwujud secara baik dan sempurna (Depkes RI 1996),
b.        Tehnik-tehnik penyampaian metode penyuluhan
1)        Ceramah
Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menyelesaikan  suatu ide, penyediaan atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.
2)        Wawancara
Wawancara adalah salah satu metode penyuluhan kesehatan dengan jalan tanya jawab yang diarahkan kepada pencapaian tujuan yang telah ditentukan

3)        Demonstrasi
Demonstrasi adalah  suatu cara penyajian pengisian ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur penyajian ini di sertai penggunaan alat peraga dan tanya jawab.
6.         Alat Peraga Penyuluhan Kesehatan
          Menurut Depkes (1996), dalam Program penyuluhan kesehatan, Dalam penyuluhan kesehatan dikenal beberapa alat bantu peraga yang sering di gunakan atau disebut juga AVA (Audio Visual Aids). Alat peraga ini kegunaanya tak lain adalah untuk lebih memudahlan kedua belah pihak dalam kegiatan penyuluhan yakni pihak yang menyuluh dan pihak yang disuluh.
Beberapa alat bantu peragaan untuk penyuluhan dari mulai yang sederhana sampai dengan yang canggih bisa digunakan dan pemanfaatannya disesuaikan dengan situasi dankondisi (tempat, waktu, sasaran, kebutuhan, tujuan dan sebagainya).
Beberapa alat peraga yang bisa diguakan dalam penyuluhan kesehatan adalah
a.         Papan tulis                                
b.        Over Hedd projector (OHP)
c.         Kertas flipchart dengan standarnya
d.        Poster
e.         Flash card
f.         Leaflet
g.        Film
h.        Slide
i.          Benda (bahan-bahan ) asli seperti bahan makanan bergizi, oralit gula garam dan sebagainya
j.          Kartu konsultasi
k.        Booklet
l.          Poster-kaset
m.      Video- film
7.         Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan
Menurut Depkes  (1996), dalam Program penyuluhan Kesehatan masayarakat, Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat, apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri
a.        Faktor penyuluh
1)        Kurang persiapan
2)        Kurang menguasai materi yang akan di jelaskan
3)        Penampilan kurang meyakinkan sasaran
4)        Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilah –istilah asing
5)        Suara terlalu kecil dan kurang didengar
6)        Penyampaian materi penyuluhan terlalu menonton sehingga membosankan
b.        Faktor Sasaran
1)        Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan
2)        Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhan –kebutuhan lain yang mendesak
3)        Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah misalnya, makan ikan dapat menimbulkan cacingan
4)        Kondisi lingkungan tempat tingal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku
c.         Faktor proses dalam penyuluhan
1)        Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran
2)        Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan
3)        Jumlah sasaran yang mendengar penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan
4)        Alat Peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran
5)        Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan
6)        Bahasa yang dipergunakan sulit di mengerti oleh sasaran, karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

B.       Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Dalam Meberikan Stimulasi Perkembangan Anak

Hasil yang di harapkan dari penyuluhan itu adalah terjadinya perubahan atau peningkatan kemampuan dalam domain/aspek : Pengetahuan, Sikap dan Perilaku, berikut ini penjelasan ketiga domain/aspek tersebut : 
1.         Pengetahuan
Pengetahuan biasanya di dapat dari pengalaman, dari guru, dari orang tua, teman, buku dan media massa.
Pengetahuan ini ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut (WHO, 1992). Natoatmodjo(1997), mengatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat dari proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar berasal  melalui pengelihatan dan penginderaan.
Penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui test dan wawancara dan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Aswar, 1997)
Pengetahuan atau tahu menurut kamus bahasa indonesia karangan Muljono ialah mengerti sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau diajar. Secara rinci pengukuran tingkat pengetahuan seseorang.
Bloom mengemukakan 6 tingkat :
a.         Pengetahuan (Knowledge)
Bila seseorang hanya mampu untuk mengingat sesuatu yang telah dipelajarinya dalam garis besarnya saja.
b.         Perbandingan menyeluruh (Comprehension)
Bila seseorang telah dapat menerapkan kembali secara mendasar ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya.
c.          Penerapan (Aplication)
Bila telah ada kemampuan menggunakan apa yang telah dipelajarinya
d.         Analisis (Analysis)
Bila telah mampu merangkai bagian-bagian yang menyusun pengetahuan tertentu dan menganalisa satu sama lain
e.          Penilaian (Evaluation)
Bila telah mampu mengetahui secara menyeluruh dari semua bahan yang telah dipelajarinya dan juga mampu menilai sesuai kriteria yang telah ditentukan.
Pengetahuan yang harus dimiliki ibu untuk dapat memberikan stimulasi perkembangan yaitu : pengetahuan mengenai tahapan, kemampuan, perkembangan yang dicapai anak dan stimulasi/latihan yang diberikan serta prinsip-prinsip stimulasi.
Penyuluhan pada penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam menstimulasi perkembangan anak . Ibu yang telah mengikuti kegiatan tersebut diharapkan dapat lebih mengetahui, memahami dan mengaplikasikan sehingga dapat berperan secara aktif dalam menstimulasi perkembangan anak.
2.         Sikap
Menurut Notoatmojo (1997), sikap merupakan reaksi yang masih tertutup, tidak dapat dilihat secara langsung. Sikap hanya dapat diitafsirkan dari perilaku yang nampak. Kartono (1990), Menyatakan bahwa sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memuli atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif sikap berarti  suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan.



Menurut Azwar (2000), Struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang :
a.         Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai individu pemilik sikap. Komponen kognitif berisi kepercayan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b.        Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu .
c.         Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai sikap yang dimiliki oleh seseorang.
Sikap ibu yang tidak mengamati tahapan dan kemampuan perkembangan yang dicapai anak, tidak memahami pentingnya atau manfaat stimulasi yang diberikan. Sikap ibu yang mempunyai pandangan bahwa stimulasi memerlukan waktu tertentu, alat atau permainan yang susah didapat, hal ini merupakan hambatan untuk menstimulasi perkembangan anak. Oleh karena itu sering didapatkan anak dengan perkembangan yang tidak optimal akibat dari kurangnya stimulasi atau latihan perkembangan pada anak.
Diharapkan setelah penyuluhan mengenai stimulasi perkembangan anak akan meningkatkan sikap dari komponen kognitif, afektif dan konatif, yaitu: ibu mempunyai sikap yang positif dalam memberikan stimulasi perkembangan anak
3.         Perilaku (Kemampuan Psikomotorik)
Menurut Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon / reaksi seseorang individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau mendapat informasi tentang objek tersebut seperti penyuluhan kesehatan, maka inividu tersebut berusaha untuk mengubah perilakunya.
Menurut Mantra (1997) perilaku ialah respon individu terhadap stimulasi baik  yang berasal dari  luar maupun dari dalam dirinya.
Ada tiga jenis perilaku yang menjadi perhatian yaitu :
a.         Perilaku ideal (ideal behavior) ialah tindakan yang bisa diamati yang menurut para ahli perlu dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah
b.        Perilaku yang sekarang (current behavior) Ialah perilaku yang dilaksanakan saat ini
c.         Perilaku yang diharapkan (expected / fesible behavior) Perilaku ini diharapkan dapat dilaksanakan oleh sasaran, karena disebut juga target perilaku yang akan dituju oleh program penyuluhan kesehatan. ada beberapa rangsangan yang dapat menyebabkan orang mengubah perilaku yaitu; 1). Rangsangan fisik, 2). Rangsangan rasional, 3). Rangsangan emosional, 4).Keterampilan, 5). Jaringan perorangan dan keluarga, 6). Struktur sosial , 7). Harga dan, 8).  Perilaku yang bersaing (Mantra 1997).
Faktor perilaku di pengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factor) dan faktor pendorong (reinforcing faktor). Termasuk ke dalam predisposisi adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam individu dan masyarakat. Faktor pendukung adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya dan peran serta aktif dari petugas kesehatan termasuk dalam hal ini melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai stimulasi perkembangan anak.
Kemampuan ibu memahami tahapan dan kemampuan perkembangan yang dicapai anak dan upaya dalam menstimulasi perkembangan anak menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penyuluhan kesehatan.

C.      Tinjauan tentang Perkembangan dan Stimulasi Perkembangan

1.         Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan adalah suatu proses yang terjadi secara simultan dengan pertumbuhan yang menghasilkan kualitas individu untuk berfungsi yang ihasilkan melalui proses pematangan proses belajar ai lingkungan (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan ( Suherman, 2000). 
Marlow (1988), mendefinisikan perkembangan sebagai peningkatan keterampilan dan kapasitas anak untuk berfungsi secara bertahap dan terus menerus. melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran (proses belajar dari lingkungannya), (buku saku Perkembangan anak)
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana di perlukan rangsangan / stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian khusus, perkembangan psikososial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orangtuanya. Perkembangan anak optimal bila interaksi sosial disesuaikan dengan kebutuhan tahap perkembangannya (Depkes, 1997)
Frankenburg dkk (1981), melalui DDST (Denver Development Screening Test) mengemukakan 4 parameter yang dipakai dalam penilaian perkembangan anak balita yaitu :

a.        Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Kemampuan gerak halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus ini tidak memerlukan banyak tenaga, tetapi memerlukan kerja sama antara mata dan anggota badan (tangan)
Contoh gerakan halus, yaitu menggapai, memegang, memasukkan benda ke mulut, meraih benda dengan kedua tangan memegang sendok dengan dibantu, memegang obyek kecil atau mengambil remah makanan menggunakan ibu jari dan telunjuk, menunjuk dengan jari telunjuk ke arah obyek-obyek yang diharapkan.
b.        Gross Motor (perkembangan motorik kasar).
Kemampuan Motorik kasar adalah kemampuan melakukan sesuatu kegiatan dengan menggunakan sebagian otot, seperti mengangkat leher, tengkurap, duduk, merangkak, berdiri. Keterampilan otot besar/kasar ini mempunyai peranan penting dan menjadi dasar bagi aktivitas yang semakin canggih, seperti bermain sepeda, berenang dan permainan olahraga lainnya
c.         Languange  (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.


d.        Personal sosial (kepribadian dan tingkah laku social)
Aspek yang berhubungan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2.         Stimulasi (Latihan)
a.        Pengertian
Stimulasi Perkembangan adalah perangsaan dan latihan terhadap anak yang datangnya dari luar, misalnya latihan terhadap kemampuan motorik, kemampuan bahasa, kognitif, serta kemampuan bersosialisasi dan mandiri, sehingga anak mencapai kemampuan optimal (Depkes 1997). Stimulasi Tumbuh kembang adalah kegiatan untuk merangsang kemampuan dan tumbuh kembang anak yang dilakukan oleh ibu dan keluarga untuk membantu anak tumbuh kembang sesuai umurnya (Depkes RI, 2002).
b.        Tujuan
Tujuan tindakan pemberian stimulasi pada anak adalah membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai yang diharapkan.
c.         Prinsip-Prinsip Menstimulasi Perkembangan Anak
Menurut Depkes RI. ( 2002) Pemberian Stimulasi perkembangan anak adalah :
1)        Mengajar / melatih anak dalam berbagai kegiatan yang distimulasi meliputi kemampuan  gerak, bicara, kecerdasan serta kemampuan bergaul dan kemandirian anak .
2)        Pemberian Stimulasi dilaksanakan secara bertahap, berkelanjutan dan terus menerus.
3)        Menggunakan benda atau barang atau alat yang berada disekitaranak dan tidak berbahaya bagi anak.
4)        Jangan dipaksa apabila anak tidak mau melakukan kegiatan stimulasidemikian pula bila anak sudah bosan.
5)        Beri pujian setiap anak berhasil melakukan kegiatan stimulasi yang sesuai tingkatnya umurnya
6)        Stimulasi dilakukan dengan penuh kasih ayang dan dalam suasana menyenangkan.  
Menurut Soendjojo (2000), Dalam rangka memberikan Stimulasi/aktivitas/rangsangan ada beberapa hal yamg perlu diperhatikan , yaitu :
1)        Jenis, intensitas, dan cara stimulasi harus disesuaikan usia dan tarf perkembangan anak. Anak usia 0-1 tahun berada tahap sensorimotor, diamana sesuatu dipelajari dengan cara dilihat, dipegang, digigit dan sebagainya                           
2)        Stimulasi atau ranganan tidak boleh dipaksaka, sehingga anak tidak merasa tertekan.
3)        Tidak terlalu banyak melarang aktfitas anak, serlama tidak berbahaya.
4)        Orangtua harus memberi contoh daripada memberi nasihat tanpa contoh
5)        Perlu diciptakan  kondisi yang baik untuk belajar
6)        Upayakan meluangkan waktu yang cukup untuk anak.
Dengan memberikan rangsangan-rangsangan yang sifatnya informatif, misalnya melalui bermain dan mengajak anak bicara secara rutin setiap hari merupakan usaha untuk mengoptimalkan perkembangan.   
Orang tua mempunyai kewajiban untuk mendampingi dan memberi rasa aman, sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan dasarnya dengan optimal perlu stimulasi dari orang tua agar bayi mampu melakukan tugas perkembangannya, pemberian stimulasi ini dapat dilakukan setiap saat, jika bayi siap melakukannya, baik saat makan ,mandi, bermain bahkan menjelang tidur.
Bagaimana bayi belajar? Bayi belajar melalui kegiatannya yang rutin sehari-hari, dengan memperhatikan bagaimana reaksi ibunya pada saat mengasuhnya. Kemampuan belajar seorang bayi berbeda  satu sama lain oleh karena itu, sebaiknya orang tua memberikan rangsangan kegiatannya disesuaikan kemampuan belajar bayinya masing-masing


d.        Kemampuan Perkembangan yang dicapai anak dan stimulasi atau latihan yang diberikan
Menurut Frankenburg dkk 1981, yang dikutip soetjiningsih (1995) parameter yang digunakan meliputi aspek atau kemampuan perkembangan yang digunakan adalah fine motor adaptif (gerakan motorik halus), gross motor (perkembangan motorik kasar), language (bahasa), personal social (kepribadian dan tingkah laku sosial).
Menurut Depkes RI (1997), Kemampuan Perkembangan yang perlu dicapai anak umur 0 – 12  bulan berdasarkan 4 bidang kemapuan / aspek : 1. Motorik kasar, 2. motorik halus,  3. berbicara, bahasa dan kecerdasan, 4. personal sosial (bergaul dan mandiri).   dibawah akan ini akan dijelaskan keamampauan perkembangan yang dcapai dan stimulasi atau latihan sesuai dengan perkembangan anak.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dibahas empat bidang kemampuan atau aspek perkembangan maka dibawah ini akan dijelaskan kemampuan perkembangan yang dicapai dan stimulasi atau latihan sesuai dengan perkembangan anak menurut Depkes RI (1997) .
1)     Kemampuan perkembangan yang dicapai anak dan stimulasi yang diberikan kepada anak pada usia  0 – 3  bulan, kemampuan yang perlu dicapai anak pada usia ini meliputi :
a)  Motorik kasar yaitu; Menggerakkan kedua lengan dan tungkai sama mudahnya ketika telentang.
b) Motorik Halus yaitu ; Memberikan reaksi dengan melihat ke arah sumber cahaya ( misalnya dari lampu senter yang digerakkan ke kiri dan ke kanan).
c)  Berbicara, bahasa dan kecerdasan yaitu Selain menangis, bayi juga mengeluarkan suara-suara lain seperti ketika cegukan, bersin, bersendawa, Mengoceh dan memberikan reaksi terhadap suara.
d) Personal social (bergaul dan mandiri) yaitu; Membalas senyum
                 Stimulasi atau latihan perkembangan yang diberikan pada anak di usia ini berupa :
a)  Menunjukkan rasa cinta, kasih saying dan rasa aman dengan : Berbicara dengan lembut Memeluk dan mencium anak Membuai dan menimang anak
b) Menirukan ocehan, gerakan dan mimik anak Mengajak anak bicara dan memperdengarkan berbagai suara
c)  Melatih anak membalikkan badan dari telentang ke telungkup dengan membantu memiringkan badan anak ketika telentang sampai ia dapat membalikkan badannya sendiri.
d) Melatih anak mengangkat kepalanya ketika telungkup, memperhatikan benda-benda bergerak dengan. memperlihatkan benda yang menarik atau berwarna menyolok ketika anak telungkup agar ia mengangkat kepalanya.
e)  Melatih anak menggenggam benda dengan. menyentuhkan pensil pada punggung tangan atau ujung jari anak agar ia belajar menggenggam
2)      Kemampuan perkembangan yang perlu dicapai anak dan stimulasi atau latihan yang perlu diberikan pada usia  3 – 6 bulan,  kemampuan perkembangan yang perlu dicapai anak pada usia ini meliputi :
a)  Motorik Kasar Mengangkat kepala dengan tegak pada posisi telungkup Motorik Halus yaitu : Meraih benda yang menarik atau mainan yang terjangkau oleh anak.
b) berbicara, bahasa dan kecerdasan yaitu : Menengok ke arah sumber suara misalnya suara kerincingan, suara sendok di pukul ke gelas atau piring dan sebagainya.
c)  Personal social (bergaul dan mandiri) yaitu : Mencari benda yang dipindahkan
Stimulasi atau latihan perkembangan yang perlu diberikan pada anak pada usia ini berupa :
a)      Menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman dengan Berbicaralah dengan lembut memeluk dan mencium anak sering-sering Sering membuai dan menimang anak
b)      Melatih anak menirukan suara, bunyi dan kata-kata dengan menirukan selalu ocehan dan mimik anak sehingga ia akan meniru pula.
c)      Melatih anak mencari sumber suara dengan mengarahkan wajah anak atau dekatkan ia ke sumber suara.
d)     Melatih anak untuk menyangga lehernya mengikuti gerakan tubuh dengan Pada posisi telentang, pegang lengan bayi dan tarik perlahan-lahan ke posisi duduk. Jangan memaksa apabila anak belum mampu mempertahankan leher dan kepalanya mengikuti gerakan tubuh.
e)      Melatih anak duduk dengan mendudukkan anak pada alas datar yang keras sambil di pegangi.  memberikan mainan untuk menarik perhatiannya.  Lepaskan pegangan pada anak pelan-pelan
f)       Melatih anak menyangga badannya dengan kedua kakinya dengan memegangi bawah ketiak anak dan angkatlah ke posisi berdiri di pangkuan ibu agar ia dapat bergerak naik turun, menyangga badannya.
g)      Melatih anak menggunakan kedua tangannya dan menggenggam benda dengan kuat dengan meletakkan benda pada satu tangannya dan latihlah anak mengambil benda dengan tangan lainnya. Ajari anak bermain dengan kedua tangannya. Tariklah pelan-pelan benda yang di genggam anak agar ia belajar mempertahankannya.
h)      Melatih anak mengambil benda kecil sebesar jagung dengan meletakkan benda kecil sebesar biji jagung di depan anak, ambil benda itu sampai ia meniru mengambilnya. Awasi agar benda tersebut tidak tertelan.
i)        Melatih anak memasukkan makanan ke mulut dengan memberikan biscuit pada anak sehingga ia dapat belajar memasukkan biscuit ke mulut dan menggigitnya.
j)        Melatih anak meraih benda atau mainan dengan meletakkan mainan di luar jangkauan anak, gerakkan mainan itu sampai anak tertarik dan berusaha meraihnya. Dekatkan mainan itu agar anak dapat meraihnya.
k)      Belajar bergaul dan bermain bersama-sama  dengan mengajari anak bermain “ ciluk-ba “. Usahakan agar ia gembira dan menikmati permainan ini.
3)      Kemampuan perkembangan yang perlu di capai anak dan stimulasi atau latihan perkembangan yang perlu diberikan pada anak usia  6 – 9 bulan, kemampuan perkembangan yang perlu dicapai anak pada usia ini meliputi :
a)      Mototrik kasar yaitu : Ketika di dudukkan bisa mempertahankan posisi duduk dengan kepala tegak
b)      Mototrik halus yaitu : Memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lainnya.
c)      Berbicara, bahasa dan kecerdasan yaitu : Tertawa atau berteriak, gembira bila melihat benda yang menarik
d)     Personal social (bergaul dan mandiri) yaitu : Makan biscuit tanpa di Bantu
Stimulasi atau latihan perkembangan yang perlu diberikan pada anak diusia ini berupa  :
a)  Menunjukkan rasa cinta, kasih sayang dan rasa aman.dengan Sering mengajak anak berbicara, Memeluk dan mencium anak,Membuai menimang dan menidurkan anak, membujuk ketika anak rewel, sering mengajak anak bermain, memperlihatkan gambar yang lucu dan menarik,Mengajak melihat dirinya di kaca
b) Melatih anak merangkak dengan Pada waktu anak telungkup, letakkan mainan di depannya, gerakkan mainan itu agar anak tertarik dan berusaha mengambilnya dengan bergerak maju sampbil mengangkat badannya
c)  Melatih anak berdiri dengan memegangi bawah ketiaknya, anak di angkat dan di Bantu agar dapat berdiri pada alas yang datar dan keras.
d) Melatih berjalan dengan berpegangan bila anak sudah dapat berdiri, bantulah agar ia dapat berjalan dengan cara memeganginya atau berpegangan pada dinding.
e)  Melatih memasukkan dan mengeluarkan benda dengan mengajari anak memasukkan benda kecil ( kacang, kancing dll). Kemangkuk/ gelas / kotak satu persatu. Tunjukkan cara mengeluarkan benda itu dengan cara mengambilnya satu persatu dari dalam wadah
f)  Melatih gerakan tepuk tangan dengan mengajari anak memukul-mukul mainan yang di pegang tangan kanan dan kirinya
g) Mengajak bermain  “ bedug “ atau “ gendang “ dengan membuat “   bedug “ / “ gendang “ dari kaleng kosong dengan tutup kertas, ajari cara memukul “ bedug “ tersebut dengan pensil sebagai pemukulnya
h) Memberi kesempatan pada anak mencoret-coret dengan anak diberi kertas dan alat tulis, ajari cara memegang dan menggunakan pensil pada kertas.
i)   Melatih anak menirukan kata-kata dengan bicaralah sesering mungkin pada anak, tiruikan suara-suara yang di buat oleh anak agar ia mau menirukan kata-kata.
j)   Melatih anak mengenal suara dan menemukan sumber suara.dengan memperkenalkan berbagai macam suara dan bunyikan sesuatu, bantulah anak mencari sumber suara
k) Mengajak anak mengenal lingkungan sekitarnya.Misalnya : pada waktu memandikan anak, berikan mainan yang mengambang di air sehingga ia tertarik dengan mainannya dari air.
l)   Melatih anak bergaul dengan orang lain dengan mengajaria anak untuk melambaikan tangan sambil mengucapkan da-da atau berjabat tangan kepada orang yang hendak pergi atau pada waktu berpisah.
4)      Kemampuan perkembangan yang perlu di capai anak dan stimulasi atau latihan perkembangan yang perlu diberikan pada usia 9 – 12 bulan. Kemampuan perkembangan yang perlu dicapai anak pada usia ini meliputi :
a)  Motorik Kasar anak Sudah mampu duduk sendiri dan berputar kesisi yang lain, serta mengulurkan tangan untuk mengambil mainan, Dapat merangkak cepat dengan menggunakan tangan dan kakinya (ataupun lututnya atau mengesot dengan pantatnya.Setelah dapat berdiri sendiri, anak sudah mulai melangkah sedikit demi sedikit sambil berpegangan pada benda yang ada didekatnya, seperti meja kursi 
b) Motorik Halus Pada bulan kesepuluh, anak sudah mampu mendapatkan sesuatu dengan telunjuknya dan memainkannya, dan dapat mengambil benda kecil dengan menggunakan telunjuk dan ibu jarinya. Pada bulan ke 12 , ia sudah dapat melempar sesuatu; dan dapat menunjukkan dengan telunjuk benda yang dinginkan. Meraup benda kecil ( sebesar biji jagung ) dengan menggunakan kelima jari tengahnya.
c)  Berbicara, bahasa dan kecerdasan anak  dapat Mengucapkan perkataan yang terdiri dari dua suku kata yang sama misalnya ba-ba, da-da, ta-ta,
d) Personal social ( bergaul dan mandiri )Dapat bergaul dan bermain “ ciluk-ba “
Stimulasi atau latihan perkembangan yang perlu di berikan pada anak di usia ini berupa :
a)  Melatih anak memanjat naik dan turun dari kursi atau tangga yang rendah.mengajari anak untuk memanjat kursi/tangga yang rendah secara bertahap dengan menaikkan tungkainya satu persatu, seperti gerakan merangkak , kemudian Bantu anak turun dari kursi/tangga dengan menggunakan tungkai dan kakinya 
b) Bermain bola dengan menggelindingkan bola kearah anak. Buatlah agar anak menggelindingkan bola itu kembali.
c)  Melatih berjalan sendiri yaitu : Bila anak sudah dapat jalan berpegangan, bujuklah untuk jalan sendiri beberapa langkah tanpa di pegangi.
d) Melatih anak untuk membungkukkan badannya tanpa berpegangan Benda / mainan diletakkan dilantai dengan  Mula-mula peganglah salah satu  tangannya , kemudian biarkan ia melakukannya tanpa bantuan.
e)  Melatih anak menumpuk mainan balok dengan mengajak  anak menyusun balok/kudus kecil menjadi menara sederhana, jembatan dan sebagainya. Bantulah anak menumpuk benda tersebut.   
f)  Memberi kesempatan kepada anak untuk menggambar Bicaralah mengenai gambar tersebut dan ajak anak bercerita.
g) Mengajak anak berbicara sesering mungkin, kenalkan ia dengan kata-kata baru sambil menunjukkan bendanya / gambarnya dari buku atau majalah
h) Mengajak anak mengikuti kegiatan keluarga Misalnya : makan bersama, rekreasi, jalan-jalan.
i)   Melatih anak makan dan minum sendiri dengan memakai piring dan gelasnya sendiri.


BAB III
KERANGKAN KERJA PENELITIAN

A.      KERANGKA KONSEP                                         

                       
                               

Pengetahuan
Sikap
Perilaku
(Ibu dalam menstimulasi perkembangan anaknya
 

Penyuluhan Kesehatan mengenai stimulasi perkembangan anak usia 0 – 12 bulan

 
                                                     








 




           
                                                                           

B.       HIPOTESIS

             Ada Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Peningkatan Kemampuan Ibu Menstimulasi Perkembangan Anak Umum 0 – 12 Bulan di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros.




C.      DEFINISI OPERASIONAL

1.         Variabel Independent
a.        Ibu adalah orang yang telah melahirkan, mengasuh dan mengaku sebagai ibu dari anak umur 0-12 bulan yang terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Soreang
b.        Penyuluhan Kesehatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Tenaga Kesehatan  dengan menerapkan prinsip / proses belajar mengajar dengan menggunakan metode dan alat Bantu belajar, teknik diskusi / Tanya jawab, leaflet, flipchart.
Kriteria obyektif :
-            Penyuluh terlibat secara aktif
-            Isi Penyuluhan : kemampuan yang harus dicapai anak dan stimulasi atau latihan perkembangan yang diberikan sesuai tahap perkembangan.
-            Sasaran penyuluhan pada kelompok khusus ibu dengan anak umur    0 – 12 bulan dapat memahami penyuluhan yang di berikan
-            Ibu mengikuti seluruh rangkaian kegiatan selama penelitian berlangsung 



2.         Variabel Dependen
a.        Pengetahuan Ibu
Tingkat pemahaman ibu untuk menjawab pertanyaan tentang stimulasi perkembangan anak
Kriteria obyektif :
-            Baik apabila  ibu mampu menjawab dengan benar 12 - 23 pertanyaan.
-            Kurang  apabila tidak mampu menjawab dengan benar kurang dari 12 pertanyaan.
Skala interval
b.        Sikap Ibu
Tanggapan / kesediaan ibu untuk memberikan stimulasi
-            Baik bila menjawab  dengan  benar 5 – 10 pertanyaan.
-            Kurang bila menjawab  dengan benar kurang dari  5  pertanyaan.
Skala interval
c.         Perilaku (kemampuan psikomotorik Ibu)
Tindakan dan kemampuan ibu dalam memberikan stimulasi perkembangan. Pada anak
1.        Baik bila lembar observasi didapatkan jawaban benar 4 – 7  
2.        Kurang   bila lembar observasi didapatkan jawaban benar kurang dari 4 .

BAB IV
METODOLOGI  PENELITIAN

A.      DESAIN  PENELITIAN

                  Penelitian ini merupakan  penelitian  pra-eksperimental  dengan rancangan  “ One  Group Pre-Test  -  Post-Test Design” (Soekidjo,1997)



O1   x   O2
 
 


Keterangan :
X   = Perlakuan/Penyuluhan Kesehatan
O1 = Pre Test sebelum perlakuan
O2 = Post Test setelah perlakuan
                        Pada desain ini suatu kelompok sebelum dilakukan perlakuan/penyuluhan kesehatan diberi pre test, kemudian setelah perlakuan dilakukan post test untuk mengetahui akibat dari perlakuan/penyuluhan kesehatan.
B.       POPULASI DAN SAMPEL
1.         Populasi
Semua ibu – ibu yang mempunyai anak umur 0 – 12 bulan  yang terdaftar di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros.


2.         Sampel
Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Non Probability Sampling (Non Random Sampling) dengan Purposive Sampling, teknik  sampling bersifat tipikal.(Aswin, 1997)
Berdasarkan uraian diatas maka sampel yang diperlukan  30 orang yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.        Kriteria  Inklusi
1)        Ibu dengan anak umur 0 – 12 bulan
2)        Kesehatan ibu / anak baik ( tidak ada cacat tubuh)
3)        Pendidikan minimal SD
4)        Berpartisipasi aktif dalam seluruh rangkaian penelitian
b.        Kriteria Esklusi
1)        Ibu / anak kurang sehat / cacat fisik
2)        Ibu tidak berpartisipasi aktif dalam seluruh rangkaian penelitian
C.      TEMPAT PENELITIAN.
1.         Tempat                                                                                                                                   
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Soreang  Di Lingkungan Soreang dan lingkungan Macoa Kecamatan Lau Kabupaten Maros.
2.         Waktu
Penelitian ini akan dilakukan dari tanggal 9 Maret – 29 Maret 2005.


D.      INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Dalam tahap awal ini peneliti memulai dengan melakukan pengurusan awal mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa Kantor Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan dan Bupati Maros, setelah mendapat ijin, maka peneliti akan melapor kepada kelurahan Soreang. Setelah itu menemui calon responden lalu memberikan penjelasan tentang penelitian ini, jika calon responden setuju menjadi responden dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan, maka peneliti akan mempersilahkan responden untuk menandatangani surat persetujuan kemudian responden diberitahu bagaimana cara pengisian kuesioner, waktu yang diperlukan serta kelengkapan mengisi kuesioner. Kuesioner harus diisi saat itu juga dan saat pengisian kuesioner peneliti berada didekat ibu / responden, hal ini bertujuan agar dapat memberikan keterangan secara langsung, bila ada pertanyaan dari responden, setelah diisi  kuesioner diserahkan kepada peneliti untuk diperiksa apakah jawaban sudah terisi dan selanjutnya dianalisa.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dan terbuka yang  disusun oleh peneliti sendiri. Pengukuran ini merupakan kuantifikasi dari suatu atribut dan diharapkan dapat menghasilkan data yang valid (Aswar, 2000). Responden yang dalam hal  ini ada ibu yang mempunyai anak usia 0 -12 bulan di minta untuk memberi jawaban sendiri sesuai dengan pendapatnya.

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
1.         Kuesioner pengetahuan, digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan  yang di bentuk dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda jawaban benar akan diberi nilai 1  dan jawaban pertanyaan yang salah dengan nilai 0.
2.         Kuesioner sikap, digunakan untuk mengukur sikap sebelum dan setelah perlakuan dengan menggunakan skala gutman dengan 10 pernyataan. sikap setuju dan tidak setuju dengan 3 pertanyaan unfavorable dan 7 favorable jawaban benar nilai 1 dan jawaban salah nilai 0.
3.         Lembar observasi perilaku berupa kemampuan psikomotorik ibu dalam memberikan stimulasi pada anak, dengan  7 butir pernyataan yang bersifat tertutup terdiri dari jawaban ya dan tidak. Jawaban benar nilai 1  dan jawaban salah nilai 0
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang telah dipilih, untuk diadakan pretest guna mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan prilaku ibu, setelah itu 1 hari kemudian diberi penyuluhan sebanyak 2 kali ( 2 hari selang waktu 1 hari )  kemudian diadakan lagi postest untuk mengetahui adanya pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menstimulasi perkembangan anak.



E.       PENGOLAHAN DATA 
1.         Editing
Editing atau penyuntingan data mulai dilaporan pada saat penelitian yakni    memeriksa semua kuesioner yang telah  diisi, mengenai kekurangan dengan cara pengisian. Selanjutnya setelah selesai pelaksanaan penelitian dilaporan, dilakukan pengolahan data, terutama memeriksa kuesioner berdasarkan kriteria sampel.
2.       Koding
Koding atau pengkodean kuesioner, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan ialah mengisi daftar kode yang disediakan pada kuesioner, sesuai dengan jawaban yang  diisi dari laporan selanjutnya dibuat daftar variabel sesuai dengan yang ada didalam kuesioner. Apabila ada variabel yang diperlukan didalam kuesioner maka tidak lagi dimasukkan didalam daftar variabel. Selanjutnya untuk mempermudahkan pemasukan data maka dibuat formulir koding kemudian hasil koding dan pada saat ini data siap untuk dimasukkan kedalam komputer. 
3.       Tabulasi
Setelah selesai pembuatan kode selanjutnya dengan pengelohan data kedalam satu tabel menurut sifat – sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitian ini dalam hal ini dipakai tabel untuk memudahkan penganalisaan data yang mana data berupa tabel sederhana atau tabel silang.

4.       Analisa Data
Analisa data penelitian dengan Program Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 11.0. menggunakan uji t berpasangan.
F.       ETIKA PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menjamin hal responden dengan cara menjaga kerahasiaan identitas responden dan jawabannya, karena jawaban / pertanyaan peneliti dalam penelitian ini hanya untuk keperluan pengolahan, dan hanya dapat di akses oleh peneliti dan pembimbing untuk keperluan penelitian. Bila data telah  digunakan maka data tersebut akan dimusnakan oleh peneliti setelah 6 ( enam ) bulan.
G.      KETERBATASAN
                  Keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian     ( Burn
 Grove,  dikutip  oleh  Nursalam, 2001)   Dalam   penelitian ini    peneliti     telah mengidentifikasi beberapa keterbatasan yang dihadapi< yaitu :        
1.      Jumlah sampel yang terbatas yang menyebabakan hasilnya kurang representatif.
2.      Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban yang lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan harapan – harapan pribadi yang bersifat subyektif, sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.
3.       Keterbatasan Waktu, biaya dan tenaga mengakibatkan pengumpulan data sangat sederhana sehingga memungkinkan adanya kesalahan.
4.      Pengalaman peneliti sangat kurang karena belum pernah melakukan   penelitian sebelumnya ( peneliti pemula ), sehingga memiliki keterbatasan dalam menganalisa hasil penelitian.



















   BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
                        Pengambilan data dilakukan di Kelurahan Soreang Kecamatan Lau Kabupaten Maros dari tanggal 9 Maret sampai dengan 29 Maret 2005. Penarikan sampel dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Data primer diambil melalui angket, Kuesioner yang langsung diberikan pada responden dan lembar observasi yang di ceklist untuk mencari data pre test dan post test. Setelah dilakukan pretest lalu diberikan diberikan perlakuan dalam bentuk penyuluhan dengan menggunakan flipchart dan leaflet. Penyuluhan dilakukan sebanyak 2 kali dengan pendekatan kelompok dan individu . setelah dilakukan penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak pada kelompok dan individu dilakukan posttest.
                        Dari hasil pengolahan data yang di lakuakan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi meliputi karakteristik responden dan analisis uji t berpasangan  Yang tergambar sebagai berikut :






Tabel 1
 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di kel. Soreang kec. Lau kab. Maros
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(%)
SD
SMP
SMA
SARJANA
26
2
1
1
86,6
6,66
3,33
3,33
JUMLAH
30
100
           Sumber : Data primer 2005
Berdasarkan Tabel 1 diatas dari 30 orang responden menunjukkan  bahwa tingkat pendidikan SD yaitu : 26 orang ( 86 %), tingkat SMP 2 orang (6.6 %), tingkat pendidikan SMA 1 orang (33,33 %) dan tingkat sarjana 1 orang(33,33 %).
Tabel 2
. Distribusi Frekuensi  Responden Berdasarkan Usia
Di kel. Soreang kec. Lau Kab. Maros

Usia
Jumlah
(%)
15 – 24 th
25 – 34 th
  >    35 th
13
10
7

43,33
33,33
23,33
JUMLAH
30
100
                  Sumber : Data primer                               
                  Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden rentang usia terbanyak adalah usia antara 15 – 24 tahun : 13 orang ( 43,33%), 25 – 34 tahun : 10 orang ( 33,33 %),  > 35 tahun 7 orang
TABEL. 3
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Anak
di.Kel. Soreang Kec. Lau Kab. Maros 
No
Kriteria Pengetahuan
Sebelum Penyuluhan
Setelah Penyuluhan
Nilai
%
Nilai
%
1
Kurang
27
90
1
3,33
2
Baik
3
10
29
96,66

Total
30
100
30
100
Sumber : Data primer                                                                                p = 0,000
                  Tabel diatas menggambarkan pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap Peningkatan pengetahuan Ibu tentang stimulasi Perkembangan anak yang Sebelum di berikan kesahatan, dari 30 responden sebagian responden masih mempunyai tingkat pengetahuan yng kurang  yaitu : 27 responden ( 90 %) sedangkan tingkat pengetahuan baik terdapat 3 responden ( 10 % ), Setelah diberikan penyuluhan kesehatan maka hampir semua responden mengalami peningkatan pengetahuan tentang stimulasi perkembangan anak. Responden dengan tingkat pengetahuan baik menjadi 29 responden sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang 1 responden.

TABEL. 4
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Sikap Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Anak
di.Kel. Soreang Kec. Lau Kab. Maros 
No
Kriteria Sikap
Sebelum Penyuluhan
Setelah Penyuluhan
Nilai
%
Nilai
%
1
Kurang
3
10
0
0
2
Baik
27
90
30
100

Total
30
100
30
100
Sumber : Data primer                                                                                p = 0,000
               Tabel tersebut menggambarkan pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan sikap Ibu terhadap stimulasi perkembangan anak yang. Sebelum  diberikan penyuluhan kesehatan, dari 30 responden sebagian besar responden mempunyai sikap yang baik 27 responden ( 90 % ), serta yang mempunyai sikap kurang  hanya 3 responden ( 10 %). Sesudah diberikan penyuluhan menunjukkan menunjukkan adanya peningkatan sikap yang baik secara keselurahan 30 responden.






TABEL. 6
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Prilaku Ibu tentang Stimulasi Perkembangan Anak
di.Kel. Soreang Kec. Lau Kab. Maros 
No
Kriteria Perilaku
Sebelum Penyuluhan
Setelah Penyuluhan
Frekuensi
%
Frekuensi
%
1
Kurang
29
96,66
0
0
2
Baik
1
3,33
30
100

Total
30
100
30
100
 Sumber: Data primer                                                                                p = 0,000
               Tabel tersebut menggambarkan pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap Perubahan perilaku / psikomotorik Ibu tentang stimulasi perkembangan anak yang Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan, dari 30 responden sebagian besar mempunyai  perilaku yang kurang   yaitu : 29  responden ( 96,66 %), sedangkan perilaku yang baik 1 responden ( 3,33 %). Setelah diberikan peyuluhan menunjukkan perubahan perilaku yang cukup bermakna, dimana responden yang mempunyai perilaku yang baik  menjadi 30 ( 100%). Sedangkan responden yang mempunyai perilaku yang kurang tidak ada. 




B.   Pembahasan

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari tenaga keperawatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan dimana saja ia bertugas, Dengan demikian seorang perawat harus mampu menjalankan perannya dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, masyarakat maupun kelompok khusus, apakah itu di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, dirumah maupun dimasyarakat dalam merubah perilaku mereka kearah perilaku sehat (Effendy, 1998).
Dari beberapa literatur yang peneliti baca menyatakan bahwa penyuluhan kesehatan identik dengan pendidikan kesehatan karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku tetapi menurut Supartini (2004), pendidikan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan untuk orang tua adalah berbeda. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku pada orang tua sehingga memerlukan waktu yang relatif lama karena mengubah perilaku orang tua bukan suatu yang mudah. Oleh karena itu, mungkin tidak hanya cukup satu kali pertemuan perawat melakukan pendidikan kesehatan. Hal ini sangat bergantung pada karakteristik pribadi orang tua dan situasi belajar dan peran serta aktif petugas kesehatan dalam memberikan informasi-informasi mengenai stimulasi perkebangan anak.
Pemberian stimulasi perkembangan  pada anak sangat terkait dengan pola pengasuhan (parenting) yang secara konseptual dikaitkan dengan  proses tumbuh kembang, maka mengasuh anak adalah menjaga agar kebutuhan-kebutuhan pokok anak untuk tumbuh kembang terpenuhi. Ibu sebagai orang pertama dan utama dituntut untuk tahu dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikis bayi agar tidak kekurangan dan berlebihan dalam pemberiannya (Pasaribu & Tagor, 2001).
Hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap kemampuan ibu menstimulasi perkmbangan anak usia 0 – 12 bulan di kelurahan Soreang kecamatan Lau kabupaten Maros.
1.      Pengetahuan Ibu Tentang stimulasi  Perkembangan Anak Sebelum Penyuluhan dan Setelah penyuluhan
Hasil kuesioner yang diberikan sebelum penyuluhan pada ibu dikel. Soreang menunjukkan  hasil :  90 % responden (ibu) dengan pengetahuan kurang / rendah dan 10 % dengan pengetahuan baik. Berdasarkan karakteristik / tingkat pendidikan pendidikan responden (ibu) di Kel. Soreang  tempat penelitian ini dilakukan adalah tergolong tingkat pendidikan rendah, dimana hal ini berdampak pada pemahaman ibu yang rendah / kurang mengenai stimulasi perkembangan anak Dari hasil wawancara dengan wawancara dengan perawat bidan dan ibu-ibu didapatkan   faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah tidak adanya  penyuluhan kesehatan / sosialisasi (termasuk penyedian leaflet, poster dan media komunikasi lainnya)  mengenai stimulasi perkembangan anak. Dari jawaban kuesioner yang diberikan didapatkan ibu tidak mengetahui manfaat / pentingnya stimulasi pada anak terhadap optimalisasi perkembangan anak dan prinsip-prinsip stimulasi perkembanagan anak.
Berdasarkan uraian diatas peneliti memandang sangat perlunya untuk diadakan penyuluhan kesehatan mengenai stimulasi perkembangan anak.        Penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan pada anak yang diberikan pada ibu sangat berpengaruh  terhadap peningkatan pengetahuan ibu. Hal ini dapat  dilihat dari hasil kuesioner yang diberikan setelah penyuluhan kesehatan  yaitu terdapat 27 responden ( 90 % ) mengalami peningkatan pengetahuan dari kurang menjadi baik, Hal ini dimungkinkan oleh : Penyuluhan diberikan secara perorangan dan secara kelompok sehingga penerimaan informasi lebih jelas. Informasi yang disampaikan merupakan fakta yang biasa dilakukan oleh orang tua / ibu pada anaknya maka ketika fakta itu disampaikan ibu menjadi tertarik dan lebih terbuka sehingga menimbulkan motivasi untuk mengetahui lebih banyak. Usia responden sebagian besar berada pada kelompok usia dewasa muda dan usia pertengahan (76,66 % ) . Berdasarkan teori perkembangan menurut Erikson, pada usia ini mereka mampu mengasimilasi informasi/penyuluhan yang diberikan sehingga klien mampu mengatasi masalahnya. Sedangkan usia dibawah 17 tahun perkembangan jiwa seseorang belum matang sehingga kemungkinan sulit untuk menerima informasi demikian pula dengan usia diatas 42 tahun dominan daya ingat dan kemampuan berpikir mulai menurun sehingga informasi yang diberikan sulit mereka pahami. Pemberian penyuluhan juga menggunakan alat peraga berupa leaflet dimana leaflet berguna memperjelas ide atau pesan yang disampaikan, juga dapat membantu mengingatkan kembali apa yang telah diajarkan sehingga penyuluhan kesehatan akan menunjukkan hasil yang bermakna
Peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu pada dasarnya merupakan suatu proses kematangan dan proses belajar, secara psikologis tampaknya Ibu-ibu di kel. Soreang cukup siap untuk menerima informasi baru tentang stimulasi perkembanan anak hal ini dibuktikan dengan keaktifan Ibu-ibu dalam berdiskusi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan bertujuan mengubah pemahaman ibu dibidang kesehatan agar menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.  
Sementara ada 1 responden ( 3,33 % ) yang tidak mengalami peningkatan pengetahuan setelah penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan anak, hal ini  dimungkinkan  oleh : Tingkat pendidikan yang rendah sehingga kemampuan menerima dan memahami informasi tidak akurat. Tingkat sosial ekonomi yang rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan – kebutuhan lain yang mendesak dan waktu penyuluhan tidak sesuai yang dinginkan sasaran.
2.      Sikap Ibu Mengenai Stimulasi Perkembangan Anak Sebelum Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan
           Hasil yang didapatkan melalui kuisioner menunjukkan bahwa sebelum di berikan  penyuluhan tentang stimulasi perkembangan anak sebagian dari ibu (  33,33 %)  mempunyai sikap yang kurang. Hal ini disebabkan sebagian besar responden tingkat pendidikan yang rendah, yaitu :   SD ( 86,6 % ) yang berdampak pada  kurangnya pengetahuan ibu tentang stimulasi perkembangan anak, padahal pengetahuan merupakan salah satu komponen sikap.
             Berdasarkan jawaban responden pada hasil kuisioner yang diberikan sebelum penyuluahn masih terlihat sikap yang kurang terutama bahwa ibu belum menganggap penting / manfaat dan tidak memperhatikan tahap-tahap perkembangan anak dalam memberikan stimulasi dan hanya mengikuti kebiasaan yang diajarkan orang tuanya secara turun temurun,  Misalnya anak dilarang keluar bila  umur belum cukup 40 hari. 
                   Reaksi tersebut tentu banyak dipengaruhi oleh apa yang dipercayai atau apa   yang diketahui ibu  mengenai stimulasi perkembangan anak. Maksudnya, sikap ibu akan banyak ditentukan oleh seberapa banyak pengetahuannya tentang stimulasi perkembangan anak, bagaimana kepercayaan dan perasaannya tentang stimulasi perkembangan anak. Maka wajar saja sebagian dari ibu masih mempunai sikap yang kurang tentang stimulasi perkembangan anak karena sebelum penyuluhan tingkat pengetahuan mereka masih rendah  
           Berdasaran hasil penelitian pada tabel 5 setelah penyuluhan yaitu terdapat 30 responden yang mempunyai sikap yang baik, hal ini menunjukkan adanya peningkatan sikap menjadi lebih baik Hal ini dimungkinkan oleh; Penyuluhan kesehatan pada ibu merupakan stimuli yang menghadirkan      informasi – informasi baru yang bersifat persuasif sehingga ibu dapat termotivasi merubah sikapnya menjadi lebih baik.
           Informasi yang diberikan lewat penyuluhan kesehatan meningkatkan       pengetahuan ibu sehingga akan merubah sikapnya menjadi lebih baik. Dalam melakukan penyuluhan penliti menjelaskan dan menggambarkan tentang manfaat dan pentingnya stimulasi perkembangan bagi anak (menceritakan contoh anak yang idiot dimasa kecilnya karena ibu dengan penuh kesabaran dan keyakinan menstimulasi maka anak tersebut berkembang menjadi cerdas).  
            Keadaan diatas sesuai dengan pendapat Sutarno (2000) menyebutkan bahwa sikap bisa dibentuk dan di ubah, sikap tersebut berkembang atau meningkat manakala mendapat pengaruh yang baik baik dari dalam maupun dari luar. Umumumnya perubahan sikap selalun didahului oleh suatu stimuli persuasif yang bisa berupa komunikasi verbal  
           Berdasarkan  pendapat Roberson  &  Rogers (1988) bahwa persuasi dapat diperkaya dengan pesan-pesan ang membangkitkan emosi yang kuat. Adanya perubahan sikap menunjukkan bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat. Peningkatan pengetahuan masyarakat telah mempengaruhi unsur emosional sehingga membalikkan kecendrungan ibu dalam bersikap.
3.      Perilaku Ibu Menstimulasi Perkembangan Anak Sebelum Penyuluhan dan Setelah Penyuluhan.
Berdasarkan Hasil kuesioner sebelum penyuluhan, perilaku / psikomotorik ibu dalam menstimulasi perkembangan anak masih kurang yaitu : ( 96,66 % ), Hal  disebabkan sebagian besar responden dengan  tingkat pendidikan , SD (86,6 %) sehingga tingakat pengaetahuan dan sikap juga kurang,  Dimana faktor tersebut merupakan faktor predisposisi ibu dalam berperilaku dalam menstimulasi perkembangan anaknya.  
Berdasaran hasil penelitian pada tabel 6 setelah penyuluhan yaitu terdapat 30 responden ( 100 % ) mengalami peningkatan perilaku dari kurang menjadi baik, hal ini dimungkinkan oleh : Penyuluhan diberikan secara perorangan dan secara kelompok sehingga      penerimaan informasi lebih jelas dan di demonstrasikan tentang cara menstimulasi perkembangan anak pada ibu.
Penyuluhan kesehatan yang telah diberikan meningkatkan pengetahuan  dan sikap ibu dalam menstimulasi perkembangan anak, yang merupakan factor predisposisi dari perilaku dan  Sikap dan perilaku petugas  kesehatan (peneliti), yaitu dengan membina hubungan saling percaya , memperhatikan keadaan  ibu, mengajak ibu berdiskusi dan menceritakan pengalamanya dalam merawat anak)  dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu tentang stimulasi perkembangan anak yang menjadi factor penguat ( factor reinforcing).
          Keadaan tersebut diatas sesuai dengan pendapat Green (1980) yang mengemukakan  bahwa perilaku di pengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :
1.      Factor predisposisi ( predisposing factor ) mencakup pengetahuan  dan sikap masayarakat terhadap kesehatan, tradisi, kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan dan social ekonomi. 
2.      Faktor pemungkin ( enabling factor )  mencakup ketersediaan sarana dan prasarana fasilitas kesehatan.
3.      Faktor penguat ( reinforcing factor )  meliputi fakor sikap dan perilaku masyarakat, toma, toga dan petugas kesehatan. 


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada analisa data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1.     Intervensi berupa penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan  anak pada ibu dapat meningkatkan pengetahuan Ibu dalam menstimulasi perkembangan anak 
2.     Intervensi berupa penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan  anak pada ibu dapat meningkatkan sikap Ibu dalam menstimulasi perkembangan anak 
3.     Intervensi berupa penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan  anak pada ibu dapat meningkatkan perilaku Ibu dalam menstimulasi perkembangan anak
4.     Tingkat pengetahuan dan sikap berpengaruh pada perilaku Ibu dalam menstimulasi perkembangan anak
5.     Tanpa diberikan penyuluhan kesehatan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu  tentang stimulasi perkembangan anak masih kurang.
6.     Hasil penelitian ini bukan merupakan generalisasi 


B.   Saran

1.     Penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan anak perlu dilakukan secara berkesinambungan, baik melalui media massa, media elektronik dan penyedian media informasi seperti leaflet, poster dimasyarakat tentang stimulasi perkembangana anak.  
2.     Penyuluhan kesehatan tentang stimulasi perkembangan anak merupakan solusi yang sederhana namun dipandang efektif untu kmeningkatkna pengetahuan sehingga masyarakat mempunyai sikap dan perilaku yang baik dalam menstimulasi perkembangan anak.
3.     Agar penyuluhan memberi hasil yang lebih baik maka disarankan pemberian penyuluhan harus ada penambahan alat peraga  dan media lainnya.
4.     Guna penyempurnaan penelitian selanjutnya kiranya perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap sikap,  misalnya kebudayaan, adat istiadat, status ekonomi, media massa dan support sistem sosial.
5.     Perlu pengembangan  penelitian dengan pengambilan sampel yang lebih besar agar hasil penelitian lebih representatif.
6.     Perlu pengembagan penelitian dengan mengambil karakteristik sampel yang lebih bervariatif.
 

DAFTAR PUSTAKA


Ashwill, J. W and Droske, S.C (1997). Nursing Care of Children Prinnciples and Practice, W.B. Saunders Company 

Aziz Alimul H, A (2003 ). Riset Keperawatan dan Tehnik  Penulisan Ilmiah, Salemba, Jakarta

Brink.B.J and Wood, M.J (2000) Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset     Keperawatan Dari Pertanyaan Sampai Proposal, EGC, Jakarta 

Departemen Kesehatan RI. (1990/1991). Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 4. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (1995/1996). Program penyuluhan Kesehatan masyarakat. Repelita  VI. Jakarta

Dep kes RI (1997) Petunjuk Pelaksanaan Dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita   Bagi Petugas Puskesmas,  Depkes RI, Jakarta

Depkes, RI (1994), Pedoman bagi keluarga dalam perkembangan anak, Depkes, RI  Jakarta

Dinas Kesehatan  SubDin Promosi dan KesMas.(2004). Pedoman Hidup Sehat    diadaptasi dari Facts For Life. Third Edition. Jakarta

Djohan E (1997) Modul kuesioner Kesehatan PPT-LIPI The Ford Foundation, Jakarta
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta
Engel, J (1999) Seri Pedoman Praktis: Pengkajian Pediatrik, EGC, Jakarta 
Hellbrugge, Lajosi,T. Menara D,Schamberger,Rautenstarauch.T (1988), Diagnostik Perkembangan Dalam ilmu Kesehatan Anak Tahun Pertama, Pustaka Sinar Harapan, jakarta
Harlock. A. (1998) Word health report http//www.pd.persi co.id

Hastings,B and Tolsma (2000) Dasar-Dasar Riset Keperawatan, EGC, Jakarta
Kountur, R. ( 2004 ). Metodologi Penelitian Untuk  Penulisan Skripsi  dan  Tesis, PPM, Jakarta Muninjaya A.A ( 1999 ). Manajemen  Kesehatan, EGC , Jakarta

Notoatmodjo, S. ( 2002 ), Metodologi Penelitian  Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo, S. ( 2003 ). Pendidikan  dan  Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam ( 2003 ). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta

Pusat pendidikan tenaga kesehatan. (1993). Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Depatemen kesehatan RI. Jakarta

Suapartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Keperawatn Anak. EGC. Jakarta
Suherman (2000), Buku Saku Perkembangan Anak, EGC, Jakarta
Sugiyono, ( 2004 ). Metode Penelitian Administrasi, Edisi 11, Alfabeta, Bandung
Sunarwati,S, Ediasari,A, Sudiyanto,D.(1996) Naskah Lengkap: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IKA  XXXVII “Deteksi Dan Intervnsi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak Dalam Upaya Optimalisasi Kualitas Sumber Daya Manusia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Soetjiningsih (!995), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Soendojojo,R.P, Hikmat,S, Soemartono,M (2000) „Menstimulasi Anak Usia 0 – 1 tahun, Seri Langkah Sukses Orangtua, Elex Media Kumputindo, Jakarta

Taufan Surana (2000) : tiga tahun pertama menentukan http:/ www.pd persi.co.id /ebook.balitacerdas.com

Valentine D, (2004) Bayi yang Pintar, Anak yang Cerdas Karisma Publishing, Jakarta











Tidak ada komentar:

Posting Komentar